Rabu, 21 Februari 2018

YO AYO MEMBACA !!!

                                                          Yo Ayo Membaca ! ! !
        Membaca adalah kegiatan meresepsi, menganalisis, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.Kegiatan membaca meliputi membaca nyaring dan membaca dalam hati.Membaca nyaring adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara membaca keras-keras di depan umum.Sedangkan kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan membaca dengan saksama yang dilakukan untuk mengrti dan memahami maksud atau tujuan penulis dalam media tertulis.
       Membaca perlu ditekankan kepada setiap individu sejak dini. Karena, informasi yang paling mudah untuk kita peroleh adalah melalui bacaan, baik koran, majalah tabloid, buku-buku, dan lain lain. Minimnya budaya membaca di kalangan remaja indonesia perlu di perhatikan. Problema tersebut, tidak bisa kita anggap remeh, karena besarnya rasa cinta membaca sama dengan kemajuan. Artinya, suatu tingkatan minat baca seseorang menentukan tingkat kualitas serta wawasanya. Kebiasaan membaca perlu ditingkatkan terutama kepada para remaja indonesia. Dalam proses belajar mengajar, mustahil berhasil tanpa adanya “membaca”. 
      Di indonesia kebiasaan membaca belum terlihat menggejala. Kebiasaan membaca hanya menjadi perilaku sebagian kecil masyarakatnya, sehingga kemampuan membaca masyarakat indonesia menjadi rendah. Kondisi ini menyebabkan kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masyarakat Indonesia yang mengakibatkan SDM di indonesia menjadi tidak kompetitif. Keadaan ini tentunya harus segera diatasi karena akan berpengaruh pada nasib masa depan bangsa indonesia.
       Sekarang kita harus banyak memilih buku bacaan. Apa lagi sekarang ada buku pelajaran yang sudah disusupi ajaran radikal.
Bahkan untuk buku pelajaran anak usia TK pun didapati pelajaran yang mengandung ajaran-ajaran radikal. Ini bukan barang baru, namun ini akan terus terjadi bila hanya dianggap sepele lalu kemudian dibiarkan. GP Ansor Klaim Temukan Buku Mengandung Ajaran Radikal
Gerakan Pemuda Ansor mengaku telah menemukan buku paket pelajaran pra-sekolah dasar yang isinya dapat disebut mengandung ajaran Islam radikalisme yang membahayakan. Buku tersebut berjudul “Anak Islam Suka Membaca”jilid 1,2,3,4, dan 5.
Sekretaris Jenderal DPP GP Ansor, Abdul Rohman mengatakan, buku “Anak Islam Suka Membaca” jilid 1,2,3,4, dan 5, isinya berupa pelajaran membaca bagi murid TK. Namun, di antara susunan kata-kata dalam buku tersebut, ternyata ada kata-kata yang mengandung ajaran radikalisme yang dapat membahayakan.
Misalnya saja pada jilid lima, ada kata-kata “sa-hid di me-dan ji-had” serta “se-le-sai ra-ih ban-tai ki-yai”. Kok kiyai mau dibantai? Pada jilid empat, ada kata-kata, “bom”, dan “ha-ti ha-ti man-haj ba-til”. Apakah anak-anak seusia TK atau SD pantas membaca kata-kata seperti itu. Ingat, anak-anak usia begini ini yang paling banyak merekam, dan kelak alam bawa sadar dia akan memunculkan apa yang dia rekam itu pada saat-saat tertentu, apalagi bila terpancing.
Dalam halaman 16, tersua kalimat ini “…karena suka cita rela mati bela agama…”. Kalimat “suka cita rela mati bela agama” itu dinilai tak sepaham dengan ajaran Islam. Karena di Islam sesungguhnya tidak ada ajaran bela agama yang mengarah ke kematian. Disinyalir, buku ini mengenalkan paham sesat kepada siswa.
   Ada juga beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam belajar agama di internet ini,
1. Bahaya Dengan adanya sumber yang berlimpah, maka orang merasa sudah tahu, dan merasa tidak perlu lagi bertanya-tanya kepada orang yang lebih tahu. Padahal seringkali apa yang kita baca di internet tidak sepenuhnya kita pahami sebagaimana yang diinginkan oleh penulisnya. Dan Pembaca juga gak tau SIAPA SI PENULIS.  Terutama jika situasi dan kondisi penulis tidak sama dengan situasi dan kondisi pembaca. Seperti Qur’an yang terkadang hanya bisa dipahami dari asbabun nuzulnya, bukan hanya dari apa yang tertulis saja…
2. Merasa tidak perlu menuntut Ilmu kepada Ulama. Ini juga menjadi penyakit yang sangat parah. Bersilaturrahiim kepada ulama tidak bisa digantikan dengan baca-baca buku dan browsing internet. Pahala duduk dalam majelis ilmu, fadhilah memandang wajah ulama, keutamaan duduk dalam majelis-majelis dzikir, manfaat mendengar bayan dan penjelasan ulama, jelas tidak bisa didapat dengan duduk berlama-lama memencet tuts keyboard dan meng-klik mouse. Dan, menghadiri majlis Ilmu ini bukan hanya sekedar saat kita ingin bertanya tentang masalah hukum agama saja. Silaturrahiim kepada ulama ini memang banyak fadhilahnya. Dan untuk menanyakan persoalanpun, sebenarnya tidak sopan kalau cuma sms-an, tapi akan lebih ber-adab jika berkunjung dan meminta nasehat langsung. Tentu saja, untuk saat-saat darurat, tidak
mengapa jika terpaksa menelepon atau kirim sms…
3. Internet tidak pandai memilah-milah karena Internet juga gak ada gurunya, makanya yang belajar via Internet atau buku itu sesat menyesatkan) mana yang penting dan mana yang tidak. Karena internet tidak pandai/tidak ada gurunya, lalu kemudian kita sendiri yang memilah-milah, bahan dan apa yang akan kita baca. Dan kemudian kita memilah-milah berdasarkan apa yang terjadi dan kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya adalah, terkadang, perkara yang amat penting itu tidak kita jumpai (baca: tidak kita rasakan) dalam kehidupan sehari-hari, padahal itu ada. Akhirnya terkadang kita jadi sibuk dengan membahas perkara2 yang sebenarnya biasa-biasa saja dan melupakan perkara-perkara lain yang lebih penting, karena hasil googling “I’m Feeling LuckyTM” membawa kita kesana.
4. Internet itu rimba belantara. Tidak ada sesiapapun yang mengontrol benar dan salah di internet. Sebagaimana di hutan dimana yang menjadi raja adalah yang paling kuat, di belantara internet, yang menjadi raja adalah yang paling tinggi rangking google rank-nya. Kalau dalam dunia bisnis dan dunia eknomi yang memang sehari-hari berkutat dengan internet sih tidak masalah. Karena pada saat itu, benar dan salah jadi tidak ada, yang ada hanya request and demand.